
Indoissue.com – Pemerintahan Guinea melakukan amandamen konstitusi untuk melanggengkan jabatannya menjadi tiga periode, hal tersebut memicu Pasukan Khusus Guinea untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang dinilai terjebak dalam otoritarianisme.
Kudeta yang dilakukan oleh pasukan khusus militer tersebut, langsung membubarkan konstitusi dan memberlakukan jam malam, pada Minggu (5/9/2021)
“Kami telah memutuskan, setelah mengambil presiden, untuk membubarkan konstitusi,” ujar seorang perwira militer dalam sebuah video.
Anggota militer tersebut mengungkapkan perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintahan telah dibubarkan, dalam tayangan video tersebut terlihat Presiden Guinea, Alpha Conde, terduduk di sofa dan dikelilingi oleh pasukan militer.
Alpha Conde sebelumnya adalah pemimpin oposisi yang menjadi pemimpin pertama Guinea yang terpilih secara demokratis pada 2010 dan memenangkan pemilihan kembali pada 2015.
Setelah dua periode menjabat sebagai presiden Guinea Conde melakukan amandemen konstitusi untuk melengangkan masa jabatannya menjadi tiga periode, dan pemilu tersebut dianggap telah dinodai oleh kekerasan dan tuduhan kecurangan, sehingga Conde, yang maju lagi dalam Pemilu 2020, memenangkan masa jabatan ketiga yang kontroversial.
Jabatan ketiga yang konroversial tersebut memicu aksi massa yang menolak, namun penolakkan tersebut berakhir dengan tewasnya puluhan orang, dan ratusan orang lainnya ditangkap.
Mileter Guinea menganggap Conde salah urus negara, dimana negara yang kaya sumber daya mineral, namun menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
Letnan Kolonel Mamady Doumbouya yang merupakan Kepala pasukan khusus militer Guinea muncul di televisi publik.
“Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat,” ujar Doumbouya.
“Guinea itu cantik. Kita tidak perlu memperkosa Guinea lagi, kita hanya perlu bercinta dengannya,” pungkasnya. (PR)