Indoissue.com – Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta hakim Florida mendesak Twitter agar mau memulihkan akun miliknya.
Donald Trump mengajukan permintaan perintah awal terhadap Twitter di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan Florida, dengan alasan perusahaan media sosial itu “dipaksa” oleh anggota Kongres AS untuk menangguhkan akunnya.
Twitter telah, “menjalankan pengendalian dan kontrol atas wacana politik di negara ini yang…sangat berbahaya untuk membuka debat demokratis,” kata pengacara Donald Trump dalam pengajuan laporan tersebut tersebut.
Twitter menolak mengomentari aduan ini
Gugatan Donald Trump terhadap Twitter diajukan pada Jumat (1/10) di Miami. Ia mengklaim Twitter menutup akun Trump akibat tekanan saingan politik Trump, pada Januari lalu.
Trump mempertanyakan mengapa Twitter tetap mengizinkan Taliban tetap mencuitkan secara reguler kemenangan militer mereka di Afghanistan, tapi mengunci akun miliknya.
Tapi, ia mengajukan protes lantaran Twitter kerap menyensornya selama ia menjabat sebagai Presiden AS. Ia juga berpendapat Twitter kerap melabeli tweet-nya sebagai informasi yang menyesatkan.
Pelanggaran Media Sosial Terhadap Trump
Twitter dan beberapa platform media sosial lainnya melakukan pelarangan terhadap Trump. Dari layanan mereka setelah massa pendukungnya menyerang US Capitol dalam kerusuhan mematikan pada 6 Januari.
Serangan itu terjadi usai pidato Trump di mana ia mengulangi klaim palsu bahwa kekalahannya dalam pemilihan pada November lalu akibat kecurangan yang masif. Pernyataan ini mendapat banyak penolakan oleh banyak pengadilan dan pejabat pemilihan negara bagian di AS.
Penutupan ini membuat Trump marah dan menuduh perusahaan secara tidak sah membungkam sudut pandang konservatif.
Padahal, ketiga perusahaan ini menutup akun Trump karena mereka menilai Trump melanggar etika bersosial media di platformnya.
Di Juli, Trump menggugat tiga penguasa media sosial dunia tersebut.
“Kami akan mencapai kemenangan bersejarah bagi kebebasan Amerika dan pada saat yang sama, kebebasan berbicara.” kata Donald Trump di New Jersey pada Juli lalu.