Indoissue.com – Dalam dialog bertema “Covid-19 dan Ancaman Kebangkrutan Dunia Usaha” yang digelar Rabu (13/10/2021) kemarin, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri turut merespon proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dianggapnya sebagai proyek yang mubazir.
Akibatnya, sebentar lagi rakyatlah yang akan membiayai proyek tersebut.
“Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barang kali nanti tiketnya Rp 400 ribu sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal,” tegasnya dalam dialog tersebut.
Faisal menambahkan, respon pemerintah terhadap perubahan dunia, sangat jauh berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya.
Mengandalkan perdagangan intra industry
Menurutnya, negara lain pun sama dengan Indonesia, juga merespon dan melakukan kebijakan bagaimana perubahan dalam ketenagakerjaan.
Namun negara-negara lain yang survive saat ini adalah negara yang mengandalkan bisnis intra industri.
Perdagangan intra-industri (intra-industry trade, IIT) adalah perdagangan internasional untuk produk-produk yang dihasilkan oleh sektor yang sama.
Dalam beberapa dekade terakhir, IIT mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar dari para ekonom dunia.
Sejumlah studi empiris telah dilakukan untuk mengetahui manfaat serta faktor-faktor penentu perdagangan intra-industri.
“Peran negara juga harus berubah, bukan mengambil alih proyek yang mangkrak yang tadinya business to business seperti kereta cepat,” Faisal menjelaskan.
Faisal Basri lantas menambahkan, untuk survive caranya pemerintah harus demokratis.
“Kalau tidak obligor yang ambil semua. Dunia internasional juga begitu. Dunia usaha sudah berubah ditambah pandemi kian meluas dan mendalam. dunia usaha sudah tahu untuk mengantisipasinya,” ujar Faisal.
Kesalahan pucuk pimpinan
Selain proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, ada proyek lain yang juga diyakini sebagai proyek mubazir. Dari paparan Faisal Basri, proyek mubazir tersebut adalah Bandara Kertajati, Pelabuhan Kuala Tanjung, dan LRT Palembang.
“Ini proyek mubazir, nggak karu-karuan, kereta cepat sebentar lagi mau disuntik pakai APBN, Bandara Kertajati lebih baik jadi gudang ternak aja. Pelabuhan Kuala Tanjung dibangun dekat Belawan, kemudian LRT (Light Rail Transit) Palembang. Kesimpulannya, kesalahan pucuk pimpinan,” tegas Faisal Basri.