Indoissue.com – Jepang telah mengidentifikasi Rusia, China, dan Korea Utara sebagai negara yang bertanggung jawab atas ancaman siber di negaranya.
Pernyataan disebutkan dalam proposal Senin untuk strategi keamanan cyber Jepang yang baru.
Proposal tersebut diharapkan berlaku selama tiga tahun ke depan, dikutip Kyodo News.
“Situasi di dunia maya membawa risiko cepat menjadi situasi kritis, dan tiga negara diduga melakukan aktivitas dunia maya yang bermusuhan,” kata sebuah laporan yang dikutip Anadol.
Laporan itu juga menyatakan, negara sakura itu akan mengambil tindakan balasan yang serius dan menggunakan segala cara, termasuk tanggapan diplomatik dan penuntutan.
Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato memberikan instruksi anggota Komando Strategis Keamanan Siber bekerja dengan pemerintah daerah, memberikan pertimbangan memadai mendapatkan kepercayaan publik dan terus menerapkan langkah-langkah ditetapkan dalam strategi.
Proposal ini sedang menunggu persetujuan dari Kabinet Yoshihide Suga.
Sementara itu, Kato menjelaskan, Jepang belum mengonfirmasi adanya serangan siber yang berdampak pada Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo musim panas ini.
Jepang mempercepat kerja sama dengan mitra framework Quad, yaitu Amerika Serikat, Australia dan India, serta PBB, dalam mengatasi ancaman siber.
Kerja sama ini berlangsung dalam upaya memerangi pengaruh China yang semakin besar.
Pada 1 September, Jepang meluncurkan agensi digital untuk mendukung digitalisasi negara. Sebagai tanggapan, proposal tersebut juga menyerukan pentingnya keamanan siber dan reformasi digital. (TNG)