Kereta Cepat Jakarta-Bandung Biaya Bengkak Proyek Mangkrak

0
95
Kereta Cepat Jakarta-Bandung

IndoIssue – Mantan Juru Bicara Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi ikut mengkritisi perihal biaya kereta cepat Jakarta-Bandung yang membengkak hingga lebih dari 100 persen dari yang semula dianggarkan.

Menurutnya, pembangunan  kereta cepat Jakarta–Bandung masuk rekor dunia, tidak hanya rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) milik jaya Suprana, sebagai proyek terabsurd.

“REKOR DUNIA. Tidak cukup MURI Jaya Suprana yang catat, tapi GWR Guinness Word Records, coz kelasnya sudah dunia,” ujar Adhie Massardi dikutip SeputarTangsel.com dari akun Twitter @AshieMassardi pada Senin, 6 September.

Bahkan, Adhie yang sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sering mengkritisi kebijakan pemerintah menuliskan 3 hal yang dipecahkan rekornya.

“1 Monumen KA Cepat Tercepat, 2 Monumen Termahal, 3 Proyek Terabsurd,” ujarnya.

Terabsurd yang dimaksud oleh Adhie yaitu membuat alat transportasi cepat ke Jakarta. Namun, pada saat yang sama DKI sebagai ibukota negara akan dipindahkan.

Jadi, Jakarta akan menjadi kota yang tidak penting. Kereta api cepat tentu tidak banyak bermanfaat lagi.

Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa pemerintah perlu mempertimbangkan keberlanjutan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dari sisi biaya konstruksi hingga biaya yang cukup berat ditanggung pihak operator pasca kereta mulai beroperasi.

Menurutnya, proyek ini sebaiknya dihentikan dan pemerintah perlu melakukan evaluasi ulang terhadap ​feasibility study atau uji kelayakan karena variabel ekonomi mengalami perubahan cukup signifikan.

“Bukan hanya soal krisis akibat pandemi, tapi kemampuan bayar utang pemerintah menurun. Proyek yang dibiayai melalui pinjaman sangat berisiko terhadap keberlanjutan fiskal pemerintah,” katanya, Minggu (5/9).

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menjelaskan bahwa pembangunan kereta cepat tersebut sudah diduga sebelumnya, karena tidak ada urgensinya.

“Mengapa? Pertama, karena jaraknya terlalu dekat dan trasportasi ke Bandung sudah banyak,” katanya, Minggu (5/9).

Kirim Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini