Mural Mirip Jokowi Tidak Bisa Disebut Pelecehan Simbol Negara Atau Perusakan Fasilitas Umum, Berikut Penjelasannya!

0
154
Mural mirip Jokowi
Mural yang diduga mirip Presiden Jokowi

indoissue – Berbagai pendapat muncul apakah mural yang diduga bergambar mirip Presiden Indonesia, Joko Widodo, yang disertai tulisan ‘404: Not Found’ viral di media sosial, disebut melecehkan lambang negara.

Irham Nur Anshari dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM mengatakan, sangat perlu dipahami apa sebenarnya yang jadi masalah utama. Sebab, dalam kondisi itu sering dikaitkan kepada pelecehan simbol negara dan perusakan fasilitas umum.

“Perusakan fasilitas umum ini sedikit lucu karena yang dihapus hanya mural yang dianggap gambar Presiden Jokowi, mural lain di sampingnya tidak dibersihkan. Lalu, desainer kaus menggunakan imaji mural juga didatangi aparat untuk minta maaf,” kata Irham, Jumat (27/8/2021).

Artinya, lanjut Irham, poin utama persoalan ini adanya anggapan mural, gambar, atau desain dianggap melecehkan simbol negara. Namun, apakah gambar tersebut gambar Presiden Jokowi atau hanya mirip atau tafsir yang berkembang yang justru perlu dipersoalkan.

Ahli-ahli gambar telah coba menafsirkan mural tidak sampai 50 persen memiliki kemiripan Presiden Jokowi. Meski secara sederhana bisa ditafsir dari gaya rambut dan dagu, tidak cukup jadi alasan menentukan mural sebagai pelecehan presiden.

“Tidak bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap presiden karena itu bukan foto asli, tapi hanya gambar,” ujar Pembina UKM Seni Rupa UGM itu.

Kasus ini menunjukkan poin penting seni. Seniman dapat menyampaikan kritik secara kreatif dan tersampaikan tanpa diadili secara mutlak. Sebab, yang ada hanya berupa gambar bukan foto atau video, bahkan tidak ada nama menyebut gambar itu presiden.

Dari kasus ini dapat dilihat mural sebagai media menyampaikan aspirasi atau kritik menghadapi tantangan. Pada era demokrasi kini, justru patut dipertanyakan masih ada pihak-pihak merasa gerah kepada kritik sosial yang disampaikan melalui mural.

“Sebab, tanpa ada konflik jangan-jangan ada sebuah kondisi mapan yang sebenarnya ada hirarki dominan. Bentuk aspirasi apapun hendaknya didengar dan dicari tahu,” kata Irham.

Kirim Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini