Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Terus Terjadi, Berikut Ulasannya!

0
128
Pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung
Pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung

Indoissue.com – Berkali-kali terjadi Pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal tersebut diungkapkan oleh Konsorsium Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku perusahaan induk yang menangani Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Tidak tanggung-tanggung pembengkakan, biaya proyek mencapai US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 26,9 triliun (dalam kurs terkini Rp 14.200). Bila ditotal dengan biaya saat ini, proyek kerja sama Indonesia-China menembus US$ 7,97 miliar atau mencapai Rp 113 triliun.

Rentetan pembengkakan biaya kereta cepat tersebut dalam peninjauan KCIC terjadi pada
September 2020. Saat itu perkembangan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami keterlambatan dan juga terkendala pembebasan lahannya.

Hasilnya benar saja, pembengkakan terjadi. Di peninjauan ulang yang pertama, pembengkakan biaya proyek tercatat mencapai US$ 2,5 miliar atau totalnya menjadi US$ 8,6 miliar.

Menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya manajemen KCIC sempat dirombak, kemudian efisiensi biaya banyak dilakukan. Dari situlah angka pembengkakan US$ 1,9 miliar ditemukan.

“Dengan new management, kami sudah melakukan pergantian manajemen KCIC, dibantu konsultan kami efisiensi alias melakukan cost cutting. Mulai dari efisiensi rencana TOD, pengelolaan stasiun melalui relokasi dan sebagainya,” papar Salusra dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Rabu (1/9/2021).

Pembiayaan pembebasan lahan dan konstruksi paling tinggi mengalami pembengkakkan, kenaikan pembebasan lahan mencapai US$ 300 juta dan kenaikan biaya konstruksi terjadi dengan perkiraan sebesar US$ 600 juta hingga US$ 1,25 miliar.

Selain itu, kenaikan biaya keuangan mencapai US$ 200 juta, dia menyatakan kenaikan ini terjadi karena beban interest during construction yang besar karena keterlambatan proyek serta kenaikan biaya juga terjadi untuk biaya pra-operasi dan head office sebesar US$ 200 juta penyebabnya adalah kenaikan biaya konsultan keuangan, pajak, dan hukum.

Terakhir yang paling mengejutkan kenaikan keperluan lainya, yang tidak disebut secara rinci naik mencapai US$ 50 juta dan dominan digunakan untuk biaya keperluan sinyal yang bekerja sama dengan Telkomsel. (PR)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini