Indoissue.com – Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengatakan dia lolos tanpa cedera setelah serangan pesawat tak berawak di rumahnya di dalam Zona Hijau keamanan tinggi Baghdad, Minggu (7/11/2021) waktu setempat.
“Sebuah pesawat tak berawak sarat dengan bahan peledak menghantam gedung, melukai enam pengawalnya dalam upaya pembunuhan,” demikian dikatakan para pejabat Irak.
Pasca peristiwa tersebut, PM Kadhimi menyerukan, “tenang dan menahan diri”.
Serangan yang terjadi setelah kerusuhan kekerasan atas hasil pemilu di Irak baru-baru ini, dikutuk oleh Amerika Serikat dan Iran.
Sumber-sumber keamanan di Irak mengatakan, tiga pesawat tak berawak digunakan dalam serangan itu, yang diluncurkan dari dekat Jembatan Republik di Sungai Tigris.
Sumber itu menambahkan, dua drone berhasil ditembak jatuh.
Sejauh ini, belum ada pihak yang menyatakan bertanggung-jawab atas insiden tersebut.
Lokasi kejadian dikenal sebagai wilayah di Kota Baghdad yang menjadi zona hijau, karena banyak gedung milik pemerintah dan kantor kedutaan asing.
Gambar yang diterbitkan oleh media Irak menunjukkan kerusakan pada bagian tempat tinggal, serta kendaraan SUV yang diparkir di garasi.
Sisa-sisa pesawat tak berawak kecil berisi bahan peledak dikumpulkan oleh pasukan keamanan untuk diperiksa, kata seorang pejabat keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Masih terlalu dini untuk mengatakan siapa yang melakukan serangan itu,” kata sumber tersebut.
Sumber tersebut mengatakan, “Kami sedang memeriksa laporan intelijen kami dan menunggu hasil penyelidikan awal untuk menunjuk pelaku.”
Drone komersial yang dilengkapi dengan bahan peledak digunakan oleh kelompok militan Negara Islam ketika menguasai bagian utara Irak, terutama selama pertempuran untuk Mosul pada tahun 2017.
Al-Kadhimi, mantan kepala intelijen, dilantik pada Mei tahun lalu sebagai Perdana Menteri Irak.
Lantas, siapa al-Khadimi?
Ia lahir di Baghdad pada tahun 1967, dari pasangan Abd al-Latif al-Ghuraybawi, yang lahir di Al-Shatra, sebuah kota di Irak selatan, terletak di timur laut Nasiriyah.