Indoissue.com – Pengamat Politik Ujang Komaruddin menilai publik tidak menyukai gaya debat capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang konsisten menyerang pribadi capres nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto.
Ujang menilai strategi Anies menyerang pribadi Prabowo pada debat Capres ketiga itu sebagai langkah untuk menarik perhatian publik. Namun, justru publik lebih banyak menaruh simpati kepada Prabowo.
“Nah ini, publik banyak tak suka debat seperti itu, tentu dalam konteks debat tadi malam Anies menyerang, Prabowo justru malah memenangkan hati penonton,” ucap Ujang, Senin, 8 Januari 2023.
Faktor lainnya, mengingat elektabilitas Prabowo-Gibran yang selalu melejit ketimbang Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud juga menjadi alasan kuat strategi Anies menyerang saat debat.
“Ketika Prabowo memiliki elektabilitas yang tinggi bersama Gibran, maka, Prabowo akan jadi sasaran kritik dan sasaran serang,” kata Ujang. Ujang juga menilai strategi Anies dengan menyerang Prabowo saat debat itu sebagai usaha menarik para pendukung Prabowo di Pemilu 2019 silam.
“Bisa saja karena dilatarbelakangi keinginan Anies mau menarik para pendukung atau pemilih Prabowo Subianto di Pemilu 2019 agar lari mendukung pasangan calon Anies-Muhaimin,” lanjut Ujang.
Padahal, menurut Ujang, masyarakat lebih bisa menilai dengan hati dalam memilih pemimpin dan memenangkan hati masyarakat lebih sulit ketimbang memenangkan pikiran.
“Bahwa yang memenangkan hati rakyat itu lebih susah, saya melihat bahwa Anies harus hati-hati dalam debat terakhir dan tidak terlalu banyak menyerang. Sejatinya, tampil lebih soft saja karena orang awam melihat Prabowo karena hati dan perasaan,” tutur Ujang.
Diketahui, Merujuk pada hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas warga tidak menyukai sikap Capres-Cawapres yang saling serang dan saling menjatuhkan selama debat berlangsung.
Survei yang digelar pada 25-27 Desember 2023 itu menunjukkan bahwa sebanyak 57,0 persen responden tidak setuju ketika debat dilakukan dengan saling serang dan saling menjatuhkan. Sementara, 38,6 persen mengaku setuju, dan 4,4 persen lainnya tidak menjawab/tidak tahu.